Salah satu anugerah terbesar yang Allah SWT berikan kepada kita
adalah diciptakan-Nya kita menjadi manusia (QS. At Tiin (95) : 4).
Sebagai makhluk yang dimuliakan Allah, manusia diciptakan secara
sempurna. Potensi-potensi yang dimilkikinya dapat membawa kemuliaan dan
keutamaan serta dapat menjalankan amanah. Berbagai macam kelebihan ini
menyebabkan manusia memperoleh satu kehormatan sebagai manusia.
Terkadang anugerah sebagai manusia inilah yang sering kali dilupakan.
Kita sibuk memikirkan dan menghitung kelebihan orang lain. Kita merasa
menjadi orang yang tidak beruntung. Sering kali kita menghitung
kekurangan dan ketidakberuntungan kita dibandingkan dengan orang lain.
Padahal setiap insan memiliki kelebihan dan kekurangan. Tidak ada satu
manusia pun yang sama karakternya, walau pun mereka kembar identik. Oleh
karena itu, masing-masing kita pada dasarnya memiliki kelebihan yang
tidak dimiliki orang lain, tinggal bagaimana kita menggalinya dan
mengasahnya.
Sebagai makhluk ciptaan yang mendapat posisi mulia, kita wajib
mensyukuri nikmat itu dengan cara mengenali dan mengembangkan potensi
diri untuk kemaslahatan dan kebaikan. Oleh karena Allah yang telah
menciptakan kita berarti syukur manusia dilakukan dengan cara beribadah
dan beramal sholeh.
I. Mengenal Potensi Diri
Pernahkah terlintas dalam benak kita untuk apa Allah SWT menciptakan
kita dalam bentuk tubuh yang sebaik-baiknya? Apa maksud dan tujuannya?
Bilakah kita perhatikan sekeliling kita dan diri kita. Bersyukurlah bila
keadaan fisik kita terlahir secara lengkap dan berfungsi dengan baik.
Fisik manusia yang telah Allah ciptakan ini bertujuan untuk menunjang
pelaksanaan tugas-tugas kekhalifahan yang telah diamanahkan oleh Allah
SWT kepada manusia sejak awal penciptaannya (QS Al Baqarah (2) : 30)
Fisik kita adalah sarana penunjang utama dalam beraktivitas. Sebagai
makhluk Allah, kita diperintahkan untuk beribadah kepada-Nya.
Pelaksanaan itu membutuhkan fisik yang kuat dan sehat. Salah satu cara
untuk mensyukurinya adalah dengan merawat fisik kita agar tetap sehat
dan prima. Upaya dari hal-hal yang dapat membuat fisik kita rusak
fungsinya harus kita hindari.
Kita perlu sadari bahwa sukses atau gagalnya seseorang, beruntung
atau meruginya seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh keterampilan
atau keahlian fisiknya. Akan tetapi tingkah laku sehari-hari turut
menentukan berhasil tidaknya seseorang.
Setiap individu memiliki kelebihan sendiri seperti bakat,
keterampilan, kecenderungan sehingga dengan semua itu, ia menjadi
manusia yang syukur nikmat dan berdaya guna. Penggalian minat, bakat,
keterampilan dan kecenderungan perlu diasah sedini mungkin, yakinlah
bahwa Allah telah menciptakan kita di dunia dengan spesialis dan bawaan
yang hanya dimiliki oleh kita saja. Allah tidak membuat kopiannya lagi.
Masing-masing kita adalah ciptaan yang berkategori “Master Piece”, tidak
ada yang sama, jika kita tidak mengenali dan mengasah potensi diri
kita, sama saja kita tidak bersyukur atas karunia-Nya.
Allah berfirman: “Katakanlah : tiap-tiap orang berbuat menurut
keadaannya masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih
benar jalannya.” (QS. Al Israa’ (17) : 84). Hamka menjelaskan, bahwa
kata syaakilah yang terdapat pada ayat di atas diartikan ‘bawaan’ atau
‘bakat’. Beliau menjelaskan lebih lanjut, bahwa tiap-tiap manusia itu
ada pembawaannya masing-masing yang telah ditentukan oleh Allah SWT
sejak masih dalam rahim ibu. Pembawaan/bakat, Allah ciptakan
bermacam-macam, sehingga yang satu tidak serupa dengan yang lain. Maka
menurut ayat tersebut, manusia diperintahkan bekerja selama hidup di
dunia ini, menurut bawaannya masing-masing.
Fenomena yang sekarang ini terjadi tidak setiap orang dapat melakukan
sesuatu yang sangat baik, atau menjadi seseorang yang menjadi sangat
mampu pada bidang tertentu. Sebab pada dasarnya setiap orang memiliki
kemampuan yang istimewa pada diri sendiri untuk bisa mengasah dan
mengembangkannya. Selain itu juga, tidak setiap orang bisa melakukan
segalanya, karena masing-masing orang memiliki kemampuan khusus pada
bidang tertentu, tetapi lemah pada bidang lain. Disinilah letak manusia
untuk saling mengisi satu dengan yang lain. Oleh karena itulah jangan
menyia-nyiakan setiap pemberian Allah berupa fisik dan kemampuan lainnya
sekecil apapun. Mungkin saja dari sekian kemampuan kita, salah satunya
menghantarkan kita pada kesuksesan dalam hidup ini.
II. Membangun Harga Diri dan Mengembangkan Potensi
Seorang muslim harus menyadari posisinya di sisi Allah dan bagaimana
kita memaksimalkan apa yang Allah berikan pada diri kita dalam rangka
memaksimalkan ibadah kita kepada-Nya sebagai tanda syukur.
Ketahuilah, Allah SWT telah menciptakan manusia mempunyai kelebihan
dan keutamaan dibandingkan makhluk lainnya. Oleh karena itu manusia
mendapatkan posisi yang mulia dan mendapat keutamaan sehingga
diperuntukan seluruh alam beserta isinya untuk dikelola, dengan demikian
manusia memiliki amanah untuk menjaga itu semua. (QS. Al Israa’ (17) :
70, Luqman (31) : 20, Al Ahzab (33) : 72)
Seorang muslim harus bangga pada aqidah yang dimilikinya serta
bersedia menjalankan ibadah dengan penampilannya, karena hal tersebut
maka akan menghasilkan ketaqwaan. Umat Islam akan mendaptkan izzah
apabila mempunyai iman, kejujuran, kepercayaan, keloyalan, ketaatan,
komitmen, pergerakan.
Membangun harga diri perlu dijelaskan melalui pendekatan bahwa
manusia secara kemanusiaannya memiliki beberapa kelebihan, kemudian
kewajiban untuk beribadah dan beberapa karakter umat Islam seperti yang
telah disebutkan di atas akan menghantarkan kepada kebanggaan Islam.
Kunci usaha membangun harga diri adalah melalui da’wah Islam. Da’wah
Islam menyeru manusia untuk menjalankan kewajibannya sebagai muslim dan
mengajak umat Islam untuk memiliki karakter yang mulia. Jadi harga diri
yang dimaksudkan adalah citra dan izzah sebagai seorang muslim yang
memiliki tugas Rahmatan lil’alamin dan sebagai hamba Allah SWT. Ia tidak
akan pernah merasa besar karena bagaimanapun ia mengakui dan menyadari
bahwa Allah-lah pemilik segala sesuatu termasuk dirinya.
Izzah yang dihasilkan dari membangun harga diri seorang muslim akan
melahirkan sikap dan tingkah laku yang mandiri, tidak tergantung, tidak
mau diperintah untuk berbuat kerusakan, serta mempunyai kreativitas,
keyakinan diri dan agresif dalam mengembangkan diri.
Membangun harga diri dan mengembangkan potensi bagi seorang muslim
harus diarahkan kepada peningkatan keimanan dan ketaqwaan. (QS. Ali
Imran (3) : 139)
Selain itu harga diri dan mengembangkan potensi akan melahirkan
kebersamaan dan persatuan karena adanya penyadaran bahwa setiap kita
saling mengisi. Janganlah kita menjadi orang yang paling baik dan paling
benar, bukankah setiap kita saling membutuhkan (QS. Ash Shaff (61) : 4)
Referensi :
1. Ma’rifatul Insan, DR. Irwan Prayitno
2. Menjadi Remaja Sukses, KH. M. Rusli Amin, MA
3. Takwinul Ummah, DR. Irwan Prayitno